Juni 2025 menjadi saksi lonjakan aktivitas signifikan dari investor ritel di pasar kripto, khususnya dalam pergerakan Bitcoin (BTC).
Langkah ini terjadi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa tensi geopolitik yang memuncak bisa berdampak buruk pada portofolio mereka. Perilaku ini pun terlihat kontras dibandingkan investor institusional.
Apa yang Investor Ritel Lakukan di Tengah Konflik Politik?
Menurut data CryptoQuant, pada 15 Juni, proporsi arus masuk Bitcoin dari investor ritel ke Binance melonjak di atas 25% saat BTC berada di kisaran US$105.000. Ini menjadi arus masuk BTC ritel terkuat sejak Mei 2023.
Lonjakan kedua terjadi pada 19 Juni, dengan porsi mencapai 19%. Kedua peristiwa ini mencerminkan tingginya keterlibatan trader ritel di tengah gejolak pasar.
- Baca Juga: Apakah Investasi Bitcoin pada 2025 Masih Menguntungkan?

Menariknya, lonjakan tersebut terjadi sebelum eskalasi konflik antara AS dan Iran. Namun, ketegangan awal antara Israel dan Iran diyakini telah mendorong perubahan sentimen dari pihak ritel. Banyak dari mereka memindahkan Bitcoin ke exchange untuk bersiap menghadapi kondisi yang makin tidak pasti.
“Langkah menyetor BTC ke Binance biasanya menandakan niat untuk trading, bukan untuk disimpan. Walaupun trader ritel kerap dianggap sebagai penggerak pasar yang terlambat, kali ini mereka justru bisa dibilang lebih cepat merespons situasi. Ini perilaku yang tidak biasa, tapi patut dicermati,” tutur analis CryptoQuant, Maartunn.
Beberapa trader ritel mungkin berhasil menghindari koreksi harga di bawah US$100.000 dengan menjual BTC di exchange. Namun, tren ini juga memicu lonjakan posisi short dari kalangan ritel.

Data dari Alpharactal menunjukkan bahwa Rasio Long/Short Ritel mengalami tren turun. Trader ritel mulai membuka posisi short pada Bitcoin dan altcoin. Hal ini tecermin jelas dalam heatmap yang kini didominasi warna-warna dingin.
“Posisi short dari trader ritel meningkat, sementara para whale justru menunjukkan minat lebih besar pada posisi long dibandingkan ritel,” komentar Joao Wedson, pendiri Alpharactal.
Awalnya, langkah trader ritel nampak berada di jalur yang benar. Namun, kabar positif—yakni pengumuman gencatan senjata antara Iran dan Israel oleh Trump—segera memantik pemulihan pasar. Harga Bitcoin melesat kembali ke atas US$105.000, sementara total kapitalisasi pasar altcoin (TOTAL2) pulih hingga 10%.
Akibatnya, para short seller mengalami likuidasi masif—mendekati setengah miliar USD hanya dalam 24 jam.
Merujuk data Coinglass, hampir US$500 juta posisi tersapu likuidasi dalam 24 jam terakhir. Mayoritas berasal dari posisi short, dengan volume likuidasi posisi short mencapai lebih dari US$358 juta—tiga kali lipat dari volume likuidasi posisi long.

- Baca Juga: Bitcoin vs. Emas: Mana Investasi Terbaik pada 2025?
Data ini menggambarkan betapa perubahan geopolitik yang tak terduga masih bisa menghantam investor ritel, bahkan ketika mereka merasa sudah berada di jalur yang tepat.
Di sisi lain, saat investor ritel kelimpungan menghadapi volatilitas pasar, akumulasi Bitcoin oleh institusi terus berlanjut secara konsisten. Hal ini menegaskan semakin lebarnya jurang perilaku antara trader ritel dan investor institusional saat ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang trader ritel yang kalah taruhan Bitcoin pasca seruan gencatan senjata Trump ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!