Kemajuan pesat komputasi kuantum semakin memperkuat ketakutan akan keamanan Bitcoin. Sejumlah pakar kini meyakini Q-Day—hari ketika enkripsi modern bisa ditembus—akan tiba jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
David Carvalho, selaku CEO Naoris Protocol, mewanti-wanti bahwa komputer kuantum mungkin dapat meretas algoritma yang sangat aman dalam dua hingga tiga tahun lagi. Maka dari itu, Bitcoin dan aset kripto lainnya berada dalam posisi yang mengkhawatirkan karena belum siap.
Perlombaan Kuantum Global Semakin Pesat
Sektor kuantum berkembang dalam kecepatan yang menakjubkan. Pemerintah dan perusahaan swasta makin banyak menggelontorkan dana fantastis untuk mempercepat terobosan teknologi besar berikutnya.
Pada hari Kamis (26/6), pemerintah Korea Selatan mengumumkan rencananya untuk menginvestasikan sekitar 650 miliar won—lebih dari US$480 juta—dalam delapan tahun ke depan. Dana ini akan memperkuat kapabilitas teknologi kuantum negara tersebut, termasuk komputer berkinerja tinggi.
- Baca Juga: Akankah Bitcoin (BTC) Crash Jadi Nol jika Komputer Kuantum Meluncur?
Tiga hari sebelumnya, Inggris juga mengungkap komitmen lebih dari US$921 juta untuk mempercepat penerapan teknologi kuantum di berbagai sektor, mulai dari energi hingga layanan kesehatan.
Investasi semacam ini mencerminkan fenomena global. Laporan kuartal pertama (Q1) 2025 dari The Quantum Insider menunjukkan lonjakan investasi teknologi kuantum sebesar 125% dibandingkan setahun sebelumnya, melampaui US$1,25 miliar.
Sementara itu, teknologinya sendiri juga dengan cepat menjadi semakin canggih.
Ancaman Kuantum terhadap Enkripsi Modern
Enkripsi saat ini, seperti RSA, bergantung pada masalah matematika yang mustahil dipecahkan oleh superkomputer klasik. Secara khusus, RSA-2048—standar 2048-bit yang melindungi sebagian besar data daring—memiliki kekuatan karena hampir mustahil memfaktorkan bilangan prima raksasanya.
Namun, qubit memungkinkan algoritma kuantum seperti Shor’s algorithm memfaktorkan bilangan besar dengan sangat efisien, menyelesaikan masalah “sulit” ini jauh lebih cepat secara eksponensial.
Baru bulan lalu, Google Quantum AI memperkirakan RSA-2048 bisa ditembus dalam waktu kurang dari seminggu menggunakan di bawah satu juta qubit—perkiraan yang secara drastis mempercepat garis waktu ancaman ini.
Lantas, seberapa dekatkah kita dari melihat komputer kuantum mampu meretas enkripsi RSA-2048?
Terobosan Kunci Picu Alarm Kuantum
Tahun lalu, sekelompok peneliti Cina yang dipimpin oleh Wang Chao dari Universitas Shanghai menunjukkan kemajuan signifikan dalam quantum cryptanalysis. Mereka menggunakan jenis komputer khusus yang dikenal sebagai D-Wave quantum annealer untuk memfaktorkan kunci RSA 22-bit.
Terobosan ini secara mencolok melampaui batas kunci 19-bit sebelumnya, menunjukkan kemampuan sistem quantum annealing untuk berkembang melampaui batas yang sudah diketahui, seiring metode cryptanalytic terus meningkat.
Carvalho menekankan urgensi perkembangan ini kepada BeInCrypto:
“Enkripsi ini sendiri bukan yang paling aman, tetapi yang menakutkan adalah seberapa cepat mereka berkembang dari enkripsi 19-bit ke 22-bit. Jelas ini hanya masalah waktu sampai komputer kuantum dapat meretas algoritma yang sangat aman, dan waktunya semakin sedikit. Meremehkan jika kita berasumsi masih ada lima tahun lagi sebelum enkripsi RSA bisa ditembus—lebih realistisnya 24–36 bulan,” ujar David Carvalho, CEO Naoris Protocol.
Faktanya, ia bukan satu-satunya yang menekankan kedekatan ancaman ini.
Para Pemimpin Desak Kesiapan
Pakar dari University of Waterloo, Michele Mosca, sebelumnya memprediksi ada kemungkinan satu banding tujuh bahwa kriptografi public-key fundamental bisa ditembus pada tahun 2026. Entitas teknologi dan perbankan besar, termasuk IBM, Microsoft, dan SWIFT, kini mendesak organisasi untuk segera merencanakan transisi ke kriptografi post-quantum.
“Setiap hari ini ditunda, penjahat siber semakin dekat untuk meretas semua sistem penting, dan sekali diretas, apa yang hilang takkan pernah bisa dikembalikan. Ini sudah semakin mendekati titik yang tidak nyaman,” tegas Carvalho.
Namun, seberapa mendesak ancaman ini secara praktis? Apa sebenarnya yang dibutuhkan untuk bisa meretas enkripsi tersebut?
Memisahkan Hype dari Realitas
Walaupun terobosan seperti memfaktorkan kunci RSA 22-bit jelas merupakan kemajuan penting, pencapaian ini harus dilihat dalam konteks yang tepat.
Kunci 22-bit, meski melambung dari 19-bit, sangat berbeda bila dibandingkan dengan membobol RSA-2048. Lompatan ini bukanlah linier; kompleksitasnya meningkat secara eksponensial dan membutuhkan jauh lebih banyak qubit serta perbaikan error correction yang signifikan.
Untuk membobol RSA-2048 dalam jangka waktu praktis, dibutuhkan Cryptographically Relevant Quantum Computer (CRQC).
- Baca Juga: Pakar: Komputasi Kuantum Bisa Picu Eksodus Bitcoin, Apa Solusinya?
Mesin semacam itu, yang mampu menjalankan algoritma Shor dengan toleransi kesalahan yang memadai dan operasi stabil selama berhari-hari, masih menjadi hambatan monumental. Banyak pakar memproyeksikan pencapaiannya baru akan terjadi pada akhir 2030-an atau bahkan lebih lama.
Kendati begitu, pesatnya laju terobosan kuantum menuntut perencanaan proaktif segera guna menjaga keamanan Bitcoin di masa depan terhadap ancaman Q-Day yang tak terelakkan—meski waktu pastinya masih tak pasti.
Bagaimana pendapat Anda tentang ancaman komputasi kuantum yang bisa jadi datang lebih cepat dari prediksi ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!