Peminjaman DeFi mencapai beberapa tonggak baru di bulan Juni. Sementara sebagian besar perhatian pasar tertuju pada investor institusi yang mengumpulkan Bitcoin, modal terus mengalir dengan stabil dan diam-diam ke dalam protokol peminjaman.
Tren ini menciptakan peluang bagi investor namun juga menempatkan tanggung jawab yang semakin besar pada protokol-protokol ini saat mereka mengelola volume dana yang meningkat.
Pinjaman Aktif Capai Rekor Tertinggi di Bulan Juni
Menurut data dari DefiLlama, pada bulan Juni, total nilai terkunci (TVL) dalam protokol peminjaman melampaui US$55 miliar, level tertinggi dalam sejarah DeFi.
Angka ini mencakup semua aset yang terkunci dalam platform peminjaman DeFi. Ini mencakup baik aset yang disetor oleh pemberi pinjaman maupun jaminan yang disediakan oleh peminjam.
Meskipun TVL menurun selama tiga bulan pertama tahun ini karena kekhawatiran eksternal seperti perang tarif, namun dengan cepat pulih. Angka yang meningkat mencerminkan kepercayaan investor yang tumbuh dalam mendapatkan hasil melalui peminjaman.
Selain itu, data dari Token Terminal menunjukkan bahwa pinjaman aktif mencapai US$26,3 miliar pada Juni 2025. Ini adalah nilai tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah sektor ini. Ini mewakili total nilai pinjaman yang dipinjam oleh pengguna dari protokol peminjaman DeFi.
Rincian pinjaman aktif menunjukkan bahwa Aave mendominasi pasar dengan US$16,5 miliar dalam pinjaman aktif, lebih dari 60% dari total. Morpho berada di peringkat kedua dengan US$2,2 miliar, diikuti oleh Spark dengan US$1,6 miliar.
Dominasi Aave menunjukkan kepercayaan pengguna yang kuat pada platform, namun ini juga berarti bahwa setiap kegagalan teknis, pelanggaran keamanan, atau tindakan hukum terhadap Aave dapat memicu efek domino.
Permintaan Pinjaman yang Meningkat Membawa Risiko yang Bertambah
Pertumbuhan stablecoin dengan hasil tinggi baru-baru ini membantu menarik lebih banyak modal ke dalam protokol peminjaman. Stablecoin seperti USDT, USDC, dan DAI dirancang untuk mempertahankan nilai yang stabil. Ini mengurangi volatilitas harga dibandingkan dengan aset kripto seperti ETH atau BTC, membuat pengguna merasa lebih aman saat meminjamkan atau meminjam stablecoin.
Baru-baru ini, Max Branzburg, Kepala Produk Konsumen di Coinbase, mengungkapkan bahwa pengguna Coinbase telah meminjam US$400 juta dalam USDC dengan bunga sekitar 5%. Ini terjadi hanya dalam beberapa bulan setelah peluncuran produk tersebut.
Satu kekhawatiran utama adalah risiko likuidasi yang terkait dengan rasio pinjaman terhadap nilai (LTV). Rasio LTV mengukur nilai pinjaman terhadap jaminan.
Misalnya, LTV Coinbase saat ini adalah 0,48. Namun, jika nilai jaminan—biasanya mata uang kripto—turun tajam, rasio LTV dapat naik dengan cepat. Jika melebihi ambang batas 86% yang ditetapkan oleh Coinbase, jaminan akan secara otomatis dijual untuk menutupi pinjaman, yang dapat mengakibatkan kerugian bagi peminjam.
Selain itu, dalam pasar yang bullish, investor sering ingin memanfaatkan tren naik. Mereka meminjam dana dari protokol DeFi untuk membeli lebih banyak aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Banyak juga yang menggunakan leverage untuk memperbesar perdagangan mereka.
“Leverage adalah pedang bermata dua, berhati-hatilah keluarga kripto,” Investor Lil G berkomentar.
Seiring meningkatnya kepercayaan, leverage juga meningkat. Setiap penurunan pasar sebesar 10–20% dapat memicu efek berantai. Sejarah menunjukkan bahwa penurunan tajam seperti itu masih bisa terjadi, terutama selama momen berita sensitif atau tak terduga.
